Tuesday, February 10, 2015

MANAJEMEN AGRIBISNIS - PEMASARAN KOPI

TUGAS : MANAJEMEN AGRIBISNIS
DOSEN : DR. HJ. NURJANNAH HAMID, SE., M.AGR



SISTEM AGRIBISNIS PEMASARAN KOPI





F A I S A L
P1000214005


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2014


PEMASARAN
Di Sulawesi Selatan kopi dihasilkan terutama di Kabupaten Gowa, Bantaeng, Buukumba, Sinjai,Enrekang, Tana Toraja, Polmas dan Luwu. Terkenal daerah Tanah Toraja menghasilkan kopi Arabika mutu tinggi, yang dikembangkan di tanah-tanah  di atas 1.200 m. Indonesia belum memanfaatkan sungguh-sungguh potensi daerah Sulawesi Selatan untuk meningkatkan produksi kopi Arabika, disamping daerah lain di Sulawesi Selatan. Peluang pasar yang memerlukan kopi-kopi Arabika yang bermutu baik perlu memperoleh perhatian para penanam modal. (Siswantoro, 1993).
Tata Niaga
Tata niaga kopi merupakan mata rantai kegiatan yang panjang dari jutaan petani dan pekebun-pekebun kopi di desa-desa sampai ke pabrik-pabrik kopi dan pedagang eksportir. Gambaran umum pola tata niaga kopi rakyat di beberapa penghasil kopi ditandai dengan berperannya pedagang pengumpul, pedagang lokal dan pedagang eksportir.

Daerah penghasil kopi terbesar di Sulsel adalah Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan Enrekang. Ketiga daerah berdataran tinggi ini menyumbangkan 80 persen dari total produksi tahun lalu sebesar 33.000 ton.
Secara umum, produktivitas kopi Sulsel yang memiliki varietas khas kopi toraja baru mencapai 700 kilogram per hektar untuk robusta dan 800 kilogram per hektar untuk arabika dalam lima tahun belakangan.
Di daerah Bituang yang menghasilkan kopi Arabika Toraja berfungsi pedagang pengumpul yang terdiri dari pedagang di tingkat desa  dan pedagang yang merupakan agen-agen dari pedagang eksportir. Mereka ini bekerja untuk melayani permintaan pedagang-pedagang besar di kota Makale. Kopi dibeli dari petani-petani yang datang pada hari-hari pasar atau dengan cara pembelian langsung di rumah-rumah petani di desa-desa. Kopi yang telah dikumpulkan kemudian diangkut ke Makassar untuk disetorkan ke padagang eksportir.  
Pedagang Pengumpul Desa
 
Pedagang Eksportir
 
Pedagang Pengumpul Kota
 
Petani / Pekebun Kopi
 
Skema Tata Niaga atau Saluran Pemasaran Kopi


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember menilai kelembagaan kelompok tani di Sulawesi Selatan belum memberikan dukungan penuh terhadap kualitas kopi di Sulawesi Selatan. Padahal, berdasarkan penelitian, kualitas kopi Sulawesi Selatan jauh lebih baik ketimbang kopi di Jawa, yang notabene daerah pusat penelitian kopi.
Beberapa penilaian yang diberikan dalam menentukan aspek mutu kopi adalah fisik biji, cita rasa, keamanan, dan daerah asal. Sedangkan yang dijadikan bahan penilaian dalam menentukan kualitas adalah ukuran, bawaan genetis, lingkungan, dan budi daya. 
Kopi Sulawesi Selatan memenuhi semua persyaratan kualitas yang ditetapkan. Grade-nya menempati angka 3-4. Hingga saat ini Sulawesi Selatan belum memiliki kelembagaan kelompok tani yang bisa membantu petani melakukan pemasaran. Petani kesannya belum bersatu dalam hal produksi dan pemasaran, sehingga ketika ada permasalahan, mereka menghadapinya sendiri-sendiri.
Pada tahun 2011 tanaman kopi mengalami kemorosotan dalam hal panen kopi. Kurangnya hasil panen menyebabkan hasil pemasaran kopi juga mengalami penurunan. Ekspor kopi arabika dan robusta Sulawesi Selatan enam bulan terakhir anjlok hingga 87 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3.969,14 metrik ton. Hal itu disebabkan oleh cuaca ekstrem. Pergantian iklim mendadak membuat bunga kopi berguguran. Perubahan cuaca dari kemarau ke hujan biasanya memengaruhi pola pembuahan tanaman kopi. Produksi kopi yang terus menurun menyebabkan eksportir kesulitan memenuhi pesanan konsumen. Banyak eksportir yang gagal memenuhi kontrak pesanan.
Tahun 2012 Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan ekspor setelah pada tahun 2011 mengalami penurunan yang diakibabkan adanya cuaca yang ekstrim. Volume ekspor kopi arabika dalam bentuk kopi beras dari Sulawesi Selatan pada 2012, hingga November, mencapai 4.300 ton dengan nilai US$ 27 ribu. Jumlah ini naik tajam dibanding volume ekspor pada periode yang sama pada 2011, yakni 1.200 ton. 


 Daftar Pustaka

Anonim 2011. Ekspor Kopi Merosot. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/27/03570938/Ekspor.Kopi.Merosot (diunduh ; 27 Desember 2014)
Anonim 2013. Ekspor Kopi Sulawesi Selatan Naik Tajam. www.tempo.co/read/news/2013/01/16/090454906/Ekspor-Kopi-Sulawesi-Selatan-Naik-Tajam (diunduh ; 27 Desember 2014)
Anonim, 2011. Kualitas Kopi Sulawesi Selatan Lebih Unggul dari Kopi Jawa. www.tempo.co/read/news/2011/09/14/179356116/Kualitas-Kopi-Sulawesi-Selatan-Lebih-Unggul-dari-Kopi-Jawa (diunduh ; 27 Desember 2014)
 Ida Bagus Oka Purnama, Nyoman Parining, Dan I Dewa Gd. Raka Sarjana, 2012. Sistem Pemasaran Kopi Bubuk Sari Buana pada UD. Mega Jaya. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 1, No. 1, Juli 2012. (diunduh; 27 Desember 2014)

Siswantoro. P.S., 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Yogyakarta; Penerbit Kanisius.

No comments:

Post a Comment

TUGAS 5. KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PERTANIAN

Tugas Kebijakan dan Perencanaan Pembangunan Pertanian untuk Mahasiswa Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia (UM...