ilustrasi |
CABAI KERITING
Cabai keriting memang tanaman
komersial karena hasilnya mudah dipasarkan. Agar produksinya tinggi tanaman itu
butuh cara dan saat budidaya yang tepat. Untuk itu diperlukan benih bermutu dan
varietas yang jelas daya produksinya, umur produktif sekitar 6 bulan, setelah
itu harus diremajakan.
Cabai keriting dapat
dibudidayakan dengan produksi yang baik mulai dari ketinggian 0 – 1.300 meter
dpl. Lahannya bertanah gembur, subur, dengan pH tanah 5-7. Suhu udara 16-32oC.
kelembapan udara tinggi, tapi jangan sampai terlalu basah.
Sebelum ditanam di lapangan,
benih cabai perlu disemai terlebih dahulu di tempat khusus. Perlakuan ini
penting untuk mencegah pemborosan benih dan mendapatkan bibit yang memenuhi
persyaratan.
Setelah bibit berumur 1-1,5 bulan
sejak benih disemai, bibit siap dipindahkan ke lapangan. Umur satu bulan
tanaman cabai berdaun 4-5 helai. Bibit itu diseleksi, hanya tanaman yang sehat
dan pertumbuhannya seragam saja yang dipilih untuk ditanam.
Tempat tanamnya adalah areal lahan yang tanahnya sudah diolah
dengan baik dan dibentuk bedengan atau guludan. Jarak tanam 50 cm x 50 cm jika
tanahnya kurus, atau 50 cm x 70 cm kalau tanahnya subur.
Sebelum bibit ditanam perlu
dibuatkan lubang tanam terlebih dahulu. Setiap lubang tanam diberi pupuk dasar
0,5 kg pupuk kandang atau kompos ditambah satu sendok makan (15 gram) pupuk NPK
atau campuran urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 3.
Pemakaian pupuk susulan sangat
tergantung dari kesuburan tanah dan varietas cabai yang ditanam, yang
berlangsung 2-5 kali sepanjang umur tanaman. Pemupukan susulan pertama biasanya
dilakukan ketika tanaman berumur 15-21 hari setelah bibit ditanam sebanyak 5
gram per tanaman berupa campuran urea dan TSP (2 : 1), dan pemupukan susulan
kedua dilakukan setelah tanaman berumur 30-40 hari dengan dosis dan jenis pupuk
yang sama.
Bersamaan dengan pemupukan
susulan itu dilakukan penyiangan gulma kalau penanaman cabainya tidak
menggunakan mulsa plastik sebagai penutup permukaan bedengannya.
Penyiraman yang teratur dua kali
sehari, pagi dan sore, perlu dilakukan pada musim kemarau kalau di lahan tidak
terdapat pengairan teknis.
Setelah berumur 2,5 bulan
biasanya tanaman sudah menghasilkan buah, dan bisa dilakukan panen pertama.
Panen berikutnya 7 hari sekali dengan hasil yang semakin meningkat. Jika
rata-rata 6 bulan, dalam satu musim bisa dipetik sampai 18 kali dengan hasil
panen total 10-20 ton per hektar. Tingginya hasil sangat tergantung dari jarak
tanam, varietas tanaman yang ditanam, dan pemeliharaannya.
Pemeliharaan tanaman yang ceroboh
bisa mengakibatkan gagal panen atau hasil panennya kurang sekali karena
terserang penyakit. Gejala penyakit pada
cabai keriting dengan gejala bagian ujung dan tengahnya berkerut dan
disekelilingnya terdapat warna hijau agak kehitaman. Penyakit ini biasa disebut
penyakit busuk buah cabai yang mudah menular. Penyakit busuk kering buah cabai
itu lazim disebut antraknosa.
Penyebabnya cendawan renik Colletotrichum
capsici atau Gloeosporium piperatum.
Cabai yang terserang penyakit itu
bisa rusak berat. Sehingga hasilnya tidak bisa dipanen sama sekali. Gejala
serangannya ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik hitam berlekuk pada
buah. Di tepi bintiknya terdapat lingkaran kering. Kalau penyakit dibiarkan,
buah cabai akan menjadi coklat kehitaman karena busuk. Kalau tidak busuk, buah
cabai akan mengkerut kering.
Penyakit itu sulit dikendalikan
jika sudah mulai berjangkit. Sebaiknya penyakit tersebut sudah ditangkal sejak
masih berupa benih. Benih yang dipakai direndam dulu dalam larutan fungisida
atau air hangat bersuhu 30-45oC selama 10-15 menit.
Setelah bibit cabai ditanam di
lapangan, diperlukan kontrol yang cermat selama pertumbuhannya. Jika terdapat
tanaman yang menunjukkan gejala terkena serangan penyakit itu, sebaiknya segera
dicabut dan dimusnahkan agar tidak menular pada tanaman yang lain. Penggunaan
fungisida bisa diterapkan, asalkan tanaman belum terserang berat.
Sumber : TRUBUS – TH XXV – JULI
1994
No comments:
Post a Comment